Benarkah Ada Hubungan antara Autisme dan Paparan BPA? Begini Penjelasannya

Jpslot123.comTrend pembelian air minum dalam kemasan (AMDK) bebas senyawa Bisphenol A (BPA) yang mulai meningkat beberapa waktu belakangan ini, hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran para ibu. Di tengah arus informasi digital yang bisa diakses dengan cepat dan mudah, para ibu jadi lebih teredukasi terkait pentingnya menggunakan produk bebas BPA yang lebih aman untuk menjaga kesehatan keluarga, terutama anak-anak.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengungkap bahaya penggunaan plastik dengan kandungan BPA sebagai kemasan makanan dan minuman. Salah satunya adalah BPA yang dicurigai menjadi salah satu penyebab anak lahir dengan autisme jika digunakan secara terus-menerus.

Jumlah Anak Autis yang Terus Meningkat

Dr Imacula Sumiyati, pakar pendidikan anak autis dan pendiri sekolah berasrama Imaculata Autism Boarding School di Bekasi, Jawa Barat, mengatakan bahwa perilaku keseharian masyarakat saat ini tidak bisa dilepaskan dari plastik yang mengandung BPA. Misalnya saja dalam makanan, minuman, bahkan mainan juga menggunakan plastik yang mengandung BPA.

Ia pun mengamati jumlah penyandang autisme yang terus meningkat di Indonesia, dengan jumlah pertambahan 500 anak pengidap autis setiap tahun. Data terakhir di tahun 2021 menyatakan jumlah anak penderita autisme di Indonesia naik drastis hingga 2,4 juta.

BACA JUGA:

Kenaikan ini terlihat dari jumlah siswa pengidap autis di sekolahnya. Saat baru didirikan tahun 2000, siswanya hanya berjumlah 5 orang. Namun, kini semakin meningkat bahkan di tahun 2021 saja ada sekitar 600 anak autis masuk daftar waiting list untuk bisa masuk sekolah tersebut.

4 tahun setelah Dr Imacula mendirikan sekolahnya, Siti Fadhilah Supari yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI menyatakan jumlah anak penyandang autis naik di angka 475 ribu. Sementara itu, di tahun 2006, jumlah anak penyandang autis di Indonesia adalah 1:150 yang artinya dari setiap 150 anak, ada 1 anak yang mengidap autisme. Angka ini menunjukkan jumlah anak autis mengalami kenaikan hingga 300 persen dalam tempo 6 tahun. Kalau mengacu pada jumlah anak Indonesia di tahun 2012 adalah 52 juta, maka jumlah anak autis pada 2012 mencapai 532.200.

Jika diperkirakan pertambahan anak autis setiap tahunnya sebesar 53.220 dan setiap hari ada 147 anak penyandang autis, maka dalam 10 tahun sedikitnya mencapai 529.200. Jadi, bukan hal yang mengherankan kalau diperkirakan jumlahnya mencapai 2,4 juta anak.

Banyak Riset Internasional tentang Autisme dan Senyawa BPA

Memang masih belum banyak riset tentang pengaruh BPA dan risiko autisme pada anak di Indonesia. Namun, di dunia global, riset serupa sudah banyak yang bisa dijadikan acuan. Misalnya saja di tahun 2021, tercatat ada 5 riset yang membahas pengaruh BPA dan gangguan autisme yang bisa dialami anak. Salah satu riset yang bisa dipelajari adalah studi yang dilakukan Universitas Chulalongkorn, Universitas Tohoku, dan Universitas George Washington dan dipublikasikan pada 2021 di jurnal Scientific Reports dengan judul ‘identification of Sex Specific Autism Candidate Genes Responsible for the Effects of Bisphenol A Exposure in The Brain’.

Menurut Asisten Profesor Dr. Tewarit Sarachana, kepala unit penelitian System Neuroscience of Autism and Psychiatric Disorder (SYNAPS) di Universitas Chulalongkorn, Thailand menyebutkan bahwa banyak penelitian yang sudah dilakukan memperlihatkan BPA bisa merusak fungsi otak. Hal tersebut terkait dengan terganggunya fungsi otak pada gangguan spektrum autisme (ASD). Ia juga memaparkan bahwa ilmuwan percaya jika BPA dapat menjadi salah satu faktor risiko lingkungan utama ASD.

Menariknya lagi, satu dekade sebelumnya yaitu di tahun 2009, sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Autism and Developmental Disorders menemukan kaitan antara konsumsi air dalam kemasan dari kemasan polikarbonat dengan kandungan BPA bisa meningkatkan risiko autisme pada anak. Studi tersebut dipublikasikan dengan tema Prenatal Bisphenol A Exposure and Neurobehavioral Development of Male and Female Children at 36 Months juga dilakukan para peneliti yang dipimpin Dr. Bruce Lanphear dari Simon Fraser University, Vancouver, Kanada.

Hasilnya menunjukkan fakta mengejutkan, yaitu anak-anak yang lahir dari perempuan dengan kadar BPA tinggi cenderung punya risiko autisme yang lebih tinggi juga.

Seiring dengan peringatan Hari Autisme Sedunia setiap tanggal 2 April, kesadaran ibu beralih ke produk plastik bebas BPA perlu diapresiasi. Hal ini juga perlu terus didorong demi kesehatan dan masa depan anak-anak Indonesia.

Bagikan:

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.