Ketahui Bahaya Adanya Kandungan Zat Kimia Aditif pada Jajanan Anak

Situs Jpslot123.comKonsumsi makanan dari buah hati kita perlu sangat diawasi oleh orangtua. Hal ini tidak hanya terkait kecukupan nutrisi saja, namun juga untuk menghindari sejumlah kandungan zat kimia adiktif yang mungkin ditemui pada jajanan anak.

Dosen biokimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB), Syaefudin PhD mengatakan bahwa cemaran zat kimia aditif yang langsung dicampurkan pada pangan justru lebih berbahaya dibanding zat kimia pada kemasan.

Adapun contoh cemaran zat kimia aditif tersebut seperti penggunaan zat pewarna (Rhodamin) atau zat pengawet (formalin) pada jajanan anak, kayak otak-otak, cireng, dan lain-lain.

“Belum lagi minuman warna warni yang semakin beragam jenisnya, yang banyak dijual di pinggir jalan,” terangnya beberapa waktu lalu.

 

Syaefudin menyadari bahwa saat ini ramainya isu tentang bahaya zat kimia pada kemasan pangan, khususnya kemasan air minum dalam kemasan (AMDK) memicu kekhawatiran masyarakat.

Menrutu dia, keamanan pangan dan kemasan menjadi dua hal yang berbeda, tapi sama-sama wajib diperhatikan masyarakat. Bagaimana juga kedua hal tersebut tak bisa dipisahkan, antara pangan dan kemasannya.

Mengenai hal tersebut, Syaefudin menjelaskan bahwa zat aditif pada pangan lebih berbahaya daripada zat pada kemasan pangan.

Sebab, zat kimia aditif pada pangan dapat langsung terkonsumsi tubuh tanpa adanya perantara. Sedangkan zat kimia dalam kemasan pangan, kata Syaefudin, sifatnya migrasi dan tidak terkonsumsi langsung oleh tubuh.

“Kalau dari segi kemungkinan masuk ke dalam tubuh, paling besar dari food additive karena langsung (masuk ke dalam tubuh) tapi kalau dari kemasan pangan itu kemungkinannya kecil,” ujarnya.

Masih Aman

Meski begitu, lanjut Syaefudin, zat kimia aditif tetap dianggap aman untuk dicampur ke dalam pangan dengan syarat sudah memenuhi kualifikasi food grade.

Alasannya, zat kimia aditif yang food grade dapat dengan mudah di-metabolisme dan dikeluarkan tubuh sedangkan yang non food grade tidak.

“Kalau food grade additive tentu saja sudah diakui dan ketika masuk dalam tubuh bisa dimetabolisme. Hanya saja untuk bahan-bahan aditif yang tidak food grade biasanya masuk, lalu tubuh itu mengenalinya sebagai benda asing. Karena dia mengenalnya sebagai benda asing, dari itu harus dikeluarkan,” katanya.

 

Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses metabolisme yang disebut glucuronidase, bertujuan untuk mengeluarkan zat kimia yang terkonsumsi tubuh dapat dikeluarkan melalui urine dan keringat. Hal ini disebabkan tubuh memiliki mekanisme sendiri.

Bagikan:

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.